Jeli Melihat Peluang
JAKARTA, Update – Bergerak masif membangun negeri lewat penyediaan rumah bagi segenap warga Indonesia. Kerja sama – kerja sama pun dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) terus berkelindan menjalankan roda bisnisnya ditengah tingginya permintaan akan perumahan. Mau tidak mau sebagai bank pemerintah harus peka melihat ini dari aspek sosial namun juga fokus pada aspek bisnis agar bisa berkelanjutan termasuk memberikan subsidi.
Tahun ini total target penyaluran bantuan subsidi perumahan sebanyak 274.924 unit senilai Rp34,17 triliun yang bersumber dari APBN sebesar Rp29,53 triliun dan dana masyarakat Rp4,64 triliun. Sedangkan untuk KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pemerintah menaikkan dana subsidinya menjadi sebanyak 220.000 unit.
Sebuah perhatian yang indah yang diberikan Bank BTN dalam hal pengadaan rumah bagi segenap warga Negara yang membutuhkan rumah.
Di tahun 2022, Pemerintah melalui Kementerian PUPR juga telah mengalokasi dana subsidi perumahan dengan skema FLPP senilai Rp23 triliun untuk pembiayaan 200.000 unit rumah subsidi. Juga ditambah dengan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) senilai Rp888,46 miliar untuk 22.586 unit rumah. Bank BTN gitu, lho…
Rangkaian kerja apik terus diperlihatkan Bank yang dikomandoi Dirut BTN Haru Koesmahargyo. BUMN spesialis pembiayaan rumah ini berhasil membukukan asset kinclong hingga Rp400 triliun dan laba bersih mencapai Rp3 triliun (unaudited) alias di atas konsensus analis sebelumnya yang memperkirakan laba bersih berada di kisaran Rp2,8 triliun.
Apa yang menjadi kekuatan bank itu sehingga bisa meraup rupiah yang tidak sedikit itu? Salah satu penopang utama laba bersih adalah keberhasilan manajemen menurunkan biaya dana secara signifikan dengan memperbanyak porsi dana murah (current account saving account/CASA) melalui inovasi digital.
Ini sejarah buat BTN, di mana efisiensi biaya dana bisa membuat aset akhir tahun 2022 tembus Rp400 triliun dengan penyaluran kredit mencapai Rp300 triliun.
Kejelian memperbaiki kulitas juga dilakukan Bank BTN. Selain mengubah struktur biaya dana, perbaikan fundamental juga dilakukan dengan memperbaiki kualitas kredit. Pertama, menjual atau mengalihkan kredit macet senilai Rp1 triliun. Kedua, kembali ke khittah sebagai bank penyalur kredit rumah.
Manajemen pun belajar banyak dari kekeliruan membiayai proyek apartemen. Segmen ini bukanlah bisnis utama BTN. Kejelian melihat peluang Bank BTN jagonya.
Meluncurkan KPR dengan skema rent to own untuk menggarap pasar milenial dan pasangan muda, memberikan top up loan untuk debitur eksisting hingga menyalurkan kredit berbasis ekosistem dengan menggandeng digital platform yang fokus pada pemenuhan kebutuhan rumah.
Milenial dan para keluarga muda sangat menginginkan KPR yang prosesnya mudah, cepat dan bisa dijangkau oleh aplikasi. Bank BTN menjawab kebutuhan itu dan responnya sangat tinggi.
BTN Digital Mortgage Ecosystem dirancang untuk dapat menyediakan layanan digital yang memenuhi empat aspek yakni living, renting, buying, dan selling.
Melalui ini, nasabah tidak hanya mudah mencari properti dan mengajukan pinjaman, tapi juga memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk perawatan dan kebersihan hunian.
Menunjang fitur-fitur layanan super apps, BTN menggandeng inovator dan provider yang relevan. Open banking memungkinkan bekerja sama dengan para inovator, termasuk start up-start up yang sesuai.
Dana yang dibelanjakan untuk mengembangkan aplikasi supper apps ditargetkan di tahun pertama 2023, super apps akan mendorong penambahan 1 juta pengguna baru, yang dikombinasikan dengan kenaikan 25-30 persen volume transaksi.
Frans S. Pong
EmitenUpdate.com