Tahun 2025 Menjadi Tantangan Besar Pasar Saham Indonesia
![](https://emitenupdate.com/wp-content/uploads/2024/12/1610371064.jpg)
JAKARTA, Update – Bagaimana pasar saham di 2025? Tentu menjadi pertanyaan banyak kalangan terutama investor. Yang pasti kegairahan berinvestasi akan semakin marak berkaitan indikasi perbaikan kondisi global.
Dilansir Investor.id, tahun 2025 akan menjadi tahun penuh tantangan bagi pasar saham Indonesia, menyusul pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) 12% mulai 1 Januari.
Kebijakan ini diperkirakan membawa dampak signifikan pada berbagai sektor ekonomi, terutama yang bergantung pada konsumsi domestik, seperti ritel, otomotif, dan properti.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyebut bahwa kenaikan PPN akan menjadi pukulan keras bagi daya beli masyarakat. “Sektor-sektor yang mengandalkan konsumsi sekunder dan tersier akan menghadapi tekanan besar. Dengan daya beli yang tergerus, potensi penurunan penjualan dan laba menjadi nyata,” ungkap Hendra.
Sektor ritel dan otomotif akan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak paling besar. Emiten ritel seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang menyasar kelas menengah diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan.
Hal serupa berlaku untuk PT Astra International Tbk (ASII) di sektor otomotif, yang sebelumnya sudah terpukul oleh kenaikan harga bahan bakar dan ketidakpastian ekonomi.
Sektor properti seperti pengembang properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menghadapi tantangan dalam mempertahankan daya tarik proyek. Dengan kenaikan harga rumah dan bahan bangunan akibat tambahan PPN, potensi penjualan properti baru bisa menurun.
“Sektor transportasi dan logistik perusahaan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), ASSA yang menaungi Anteraja, dan Wahana Express (WEHA) diproyeksikan menghadapi kenaikan biaya operasional yang signifikan. Kenaikan ini berpotensi menekan margin laba mereka jika tidak diimbangi dengan efisiensi atau kenaikan tarif jasa,” tambahnya.
Tak ketinggalan, telekomunikasi dan infrastruktur seperti operator seperti PT Telkom Indonesia PT (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT) bisa mengalami penurunan permintaan layanan, sementara sektor infrastruktur menghadapi potensi hambatan dalam pembiayaan proyek baru akibat tambahan pajak. ***