Mengetahui dan Menghendaki Merupakan Fundamental Kegiatan Spiritual
Oleh: Dr. Wahyu Lay, Dosen Filsafat
Beberapa Pengertian Istilah ini mengacu kepada suatu potensi, fakultas, atau gaya di dalam manusia yang terlibat di dalam pengambilan keputusan.
Pandangan bahwa kehendak unggul atas rasio (pikiran) disebut “voluntarisme”. Pandangan bahwa rasio menentukan kehendak dinamakan “intelektualisme” atau rasionalisme. Disamping itu terdapat pandangan-pandangan yang menyediakan suatu keseimbangan antara rasio dan kehendak.
- Mengetahui dan menghendaki merupakan dua bentuk (modus) fundamental kegiatan spiritual. Sebagaimana kegiatan tidak mutlak berarti perubahan dan pengetahuan spiritual tidak mutlak berarti pemikiran diskursif, demikian pula “menghendaki” tidak mutlak berarti „usaha mencapai yang baik‟yang akan dicapai atau dihasilkan.
- Kegiatan dasar kehendak ialah afirmasi terhadap nilai atau cinta. Maka pemenuhan rohani kebaikan yang tidak terbatas, yang tidak berusaha mengejar sesuatu, juga merupakan kehendak.
- Objek khusus kehendak mutlak adalah nilai mutlak atau kebaikan pada dirinya. Kehendak itu sendiri merupakan suatu keinginan akan sesuatu hanya kalau kebaikan tidak disamakan dengan kehendak atau juga sama sekali tidak dihubungkan dengan kehendak. Karena itu kehendak manusia dapat digambarkan sebagai kekuatan rohani ini mengafirmasikan atau mencari nilai-nilai yang diketahui secara rohani.
- Dan objek khusus kehendak manusia sama dengan objek khusus kehendak mutlak, yaitu, nilai pada dirinya sendiri. Tetapi objek itu dijembatani oleh sifat khusus pengetahuan dan pengertian manusia. Keinginan sensual terbatas pada bidang sempit hal-hal yang memberikan kenikmatan sensual. Sedangkan kehendak mempunyai bidang objek-objek yang tidak terbatas. Memang, kehendak dapat menggerakkan dirinya sendiri pada apa yang kepadanya sedikit banyak tampak sebagai kebaikan. Tetapi karena semua yang ada sedikit banyak baik, maka objek kehendak merupakan bidang yang tidak terbatas dari semua yang ada.
- Kebaikan dari objek sekaligus berguna sebagai motif bagi kehendak. Kebaikan itu merupakan aspek dari sebab final yang mempengaruhi kehendak dengan perantaraan pengetahuan rohani. Maka, kehendak bersumber langsung dalam motif yang diketahui. Kehendak juga bersumber secara tidak langsung dalam segala sesuatu yang memberikan sumbangan kepada penentuan putusan-putusan nilai tentang bagian dari bermacam-macam disposisi dan „tingkat‟ jiwa. Sebenanya, setiap aspek kehidupan mental dan emosional manusia terkandung di dalam pengungkapannya tentang nilai-nilai. Yaitu, kerangka pikiran, temperamen, kesehatan tubuh, karakter, tipe kepribadian, kompleks-kompleks yang tidak sadar, dan sebagainya. Namun, orientasi kehendak yang tertinggi, kendati terdapat dalam kancah motif-motif yang bertentangan, tetap kegiatan bebas dari kehendak itu sendiri.
- Objek dari kegiatan kehendak yang diinginkan karena kebaikannya sedikit banyak memberikan sumbangan bagi penyempurnaan seorang yang menghendakinya. Apabila terdapat pertanyaan tentang keinginan kuat untuk mencapai suatu tujuan, maka tujuan ini kiranya tidak tampak sebagaimana disini dan kini tidak dapat dicapai oleh seseorang yang menginginkannya. Karena kehendak tidak bisa secara sungguh-sungguh menginginkan yang mustahil, sebagaimana ia tidak bisa secara langsung menghendaki kejahatan demi kepentingannya sendiri. ***
Bersambung……