November 27, 2025

Mengerikan. Generasi Muda Haus Spiritualitas Otentik, Skeptis terhadap Gereja

0
Screenshot (1452)

JAKARTA, Update – Gereja berfungsi untuk memulihkan. Di tengah banjir hoaks, gereja menjadi bahtera yang menyelamatkan. Demikian disampaikan Dr. Rhere Rewindinar Digital Communication Expert, Wakil Rektor Institut Media Digital Emtek.

Dalam Seminar Pra Sidang GPI Senin 21 Juli 2025, Rhere menunjuk hasil riset MIT tahun 2018, hoaks 6 kali lebih cepat viral daripada berita benar karena memicu emosi seperti ketakutan dan kemarahan. Bahkan kata Rhere, khotbah hoaks lebih menarik daripada Firman Tuhan.

Jika khotbah di gereja butuh 30 menit untuk disampaikan, hoaks butuh 30 detik untuk memecah persatuan jemaat. Algoritma pun menjadi mimbar yang memberinya pengeras suara. Algoritma media sosial Reward Engagement memberikan apa yang disukai orang.

Media sosial, kata Rhere, memprioritaskan konten yang provokatif yang menghasilkan engagement  yang membutuhkan like, share, serta komentar. Hoaks dan Algoritma pun menjadi “Pendeta” Baru.

Menjawab itu, gereja perlu memberikan “Vaksin Digital” dengan membangun struktur tim vaksinasi denga napa yang disebut verifikator atau grup cek fakta, konten kreator, dan sumber yang memberikan penjelasan.

Vaksin yang membuat orang critical thinking untuk mau mencari informasi ke sumber terpercaya, seperti media atau jurnal, mengenali mana tim horee dan haters dan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun sistem kepercayaan.

Elya Muskita Pakar Teknologi Digital dalam kesempatan itu mengatakan, transformasi digital bukanlah tentang meninggalkan tradisi, tetapi menerjemahkan ulang panggilan teologis ke dalam bahasa dan medium yang baru.

Dalam hal Koinonia Digital adalah bagaimana persekutuan otentik dalam komunitas online terarah. Dalam untuk Marturia Digital adalah bagaimana kesaksian yang relevan dilakaukan melalui konten kreatif dan relasi personal. Dan dalam hal Diakonia Digital bagaimana pelayanan kasih yang nyata dilakukan melalui mobilisasi dan advokasi online.

“Jutaan orang Indonesia, terutama generasi muda, mencari jawaban spiritual secara online,” kata Elya. Mereka haus akan spiritualitas otentik tetapi skeptis terhadap gereja institusional. Ruang digital adalah “pintu depan” yang tidak mengintimidasi.

Disampaikan, lanskap keberagamaan masyarakat Indonesia, termasuk generasi mudanya, dikenal memiliki tingkat religiusitas yang sangat tinggi. Karakteristik ini menjadi fondasi penting dalam memahami bagaimana spiritualitas dan agama dipahami serta dipraktikkan di negara ini.

Survei Pew Research Center pada tahun 2020 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara paling religius di dunia.3 Hampir seluruh responden Indonesia, yaitu 96%, menyatakan bahwa kepercayaan pada Tuhan adalah prasyarat untuk menjadi bermoral dan memiliki nilai-nilai yang baik.

Selain itu, mayoritas responden menganggap agama (98%), Tuhan (91%), dan doa (95%) sebagai bagian penting dari hidup mereka.3 Angka-angka ini secara konsisten menunjukkan tingginya tingkat ketaatan beragama di kalangan masyarakat Indonesia.

/Frans S. Pong, Redaktur Pelaksana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *