November 27, 2025
Screenshot (1442)

Pdt. Domidoyo Ratupenu, Ketua Majelis Jemaat Pniel di Surabaya.

Perlombaan membuat senjata nuklir yang menakutkan, bisa jadi akan menjadi alasan kepunahan keenam. Lucunya, bukan saja hanya makhluk lain yang punah, melainkan manusia pun menjadi korbannya.

Kepunahan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Tidak heran, pada saat ini, dalam soal tambang misalnya, orang berdebat dengan sengit. Dari para profesor, mahasiswa, hingga aktifis lingkungan, mempersoalkan tambang sebagai cara orang mendapatkan keuntungan.

Bagi mereka yang getol menolak tambang, akan tanpa ampun menolak sama sekali pertambangan. “Masih ada cara lain untuk mempertahankan kehidupan”, kata mereka. Slogan melindungi alam dari tangan-tangan kotor seolah menjadi harga mati yang harus diperjuangkan. Tapi bagi mereka yang mendukung tambang, pun punya alasan sendiri.

Bagi mereka yang menerima tambang, menolak tambang sama sekali tidaklah bijaksana, karena dengan hasil tambang cukup untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kalaupun ada masalah soal kerusakan lingkungan, maka yang harus diperhatikan adalah ekses buruk dari penambangan itu. Jika ekses buruk ini bisa ditangani, maka tidak menjadi soal jika tambang tetap dijalankan.

Entah yang menolak, maupun yang menerima tambang, sama-sama mempunyai alasan untuk memperhatikan lingkungan, dan sama-sama hendak menghindar dari kepunahan yang bisa terjadi jika tidak diperhatikan secara serius.

Sebagaimana saya katakan diawal, bahwa kepunahan menjadi alasan untuk berhati-hati terhadap tambang. Menarik memperhatikan tulisan Elizabeth Kolbert mengenai “Kepunahan Keenam”, bahwa sesungguhnya secara evolutif dengan waktu yang sangat panjang kepunahan telah sering terjadi, baik yang terjadi secara lambat pun secara mendadak/kepunahan masal. Kepunahan secara lambat sering terjadi di atas muka bumi pada beberapa jenis hewan/spesies serta tumbuhan. Siapa yang kuat akan bertahan, dan bagi yang lemah akan punah.

Kepunahan secara lambat ini sudah sering terjadi di atas bumi ini sejak 500-an juta tahun lalu . Kepunahan secara cepat/kepunahan masal yang terakhir terjadi 65 juta tahun lalu, dengan terjadinya benturan asteroid dengan bumi. Peristiwa ini mengakibatkan ribuan spesies mati, dinosaurus punah sama sekali, serta jutaan makhluk musnah. Andai saja asteroid tidak bertabrakan dengan bumi, jutaan tahun setelahnya, barangkali yang namanya homo sapien (manusia modern) seperti kita tidak akan pernah hadir di bumi. Kepunahan masal di bumi mengakibatkan munculnya makhluk baru lagi, di antaranya adalah manusia.

Tabrakan asteroid dengan bumi 65 juta tahun lalu dikenal sebagai kepunahan kelima. Lalu menurut Kolbert lagi, sekarang ini kita sedang berada dalam proses kepunahan keenam. Dalam proses menuju kepunahan keenam ini manusia menjadi aktor utamanya.

Andai saja manusia tidak bersikap bijaksana dalam mempertahankan hidupnya, maka kepunahan masal/kepunahan keenam akan cepat terjadi. Perlombaan membuat senjata nuklir yang menakutkan, bisa jadi akan menjadi alasan kepunahan keenam.

Lucunya, bukan saja hanya makhluk lain yang punah, melainkan manusia pun menjadi korbannya. Padahal jika kita melihat sejarah evolusi yang melahirkan manusia modern/homo sapien, akibat ulah manusia modern ini telah banyak makhluk di bumi yang mengalami kepunahan.

Kembali ke soal tambang. Bisa jadi akibat tambang akan menggeser/mengorbankan kehidupan sebagian orang, namun tidak menutup kemungkinan juga bisa mengangkat harkat hidup orang lain juga. Ini soal skala prioritas.

Tidak mudah memilihnya. Namun, jika mau mutlak-mutlakkan maka yang terjadi hanyalah perdebatan yang tidak bermutu. Sejarah evolusi memperlihatkan, dan kita menjadi bagian di dalamnya, bahwa kepunahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Yang kuat akan bertahan hidup, sedangkan yang lemah akan punah. Ini akan berlangsung dalam waktu yang sangat panjang, yang kita sendiri tidak menyadarinya. Kepunahan dalam waktu cepat/kepunahan masal pun kita tidak bisa memastikan terjadi karena apa.

Tapi barangkali, yang sudah ada di depan mata kita, dengan perlombaan membangun senjata nuklir, bahwa jika manusia tidak bijaksana mempertahankan hidupnya, maka dia sendiri akan memicu kepunahan dengan cepat/masal dan menjadi korban.

Perang nuklir bisa dipastikan cepat memunahkan sebagian besar makhluk di muka bumi, termasuk manusia. Dalam kepunahan masal, entah yang kuat atau yang lemah sama-sama punah. Tapi pasti, sebagaimana kepunahan telah terjadi beberapa kali dan akhirnya muncul makhluk yang baru, maka jika kepunahan keenam terjadi, maka kemungkinan akan muncul makhluk yang baru lagi, yang bisa jadi lebih kuat, lebih unggul dari makhluk sekarang ini.

Begitulah proses evolusi di bumi. Punah yang satu akan muncul yang lain lagi. Ini berjalan dalam waktu yang panjang, jutaan tahun . Untuk periode setelah kepunahan keenam ini, homo sapien/ manusia modern seperti kita, pasti tidak akan mendapat bagiannya. Jadi, jika masih mau terus bertahan dalam jangka waktu yang panjang di bumi, homo sapien haruslah bijaksana mempertahankan hidupnya. Barangkali, inilah panggilan gereja untuk mendidik dan melatih homo sapien agar bersikap bijaksana.

Tentunya gereja tidak bisa bekerja sendiri. Gereja perlu membangun kerjasama dengan semua komponen masyarakat dan pemerintah. Mendidik dan melatih homo sapien agar sadar bagaimana mempertahankan kehidupan bersamanya secara bijaksana haruslah dilakukan secara terstruktur dan sistemik yang melibatkan aktor utamanya, yaitu Negara. Sekedar khotbah-khotbah yang menggurui tidak akan menghasilkan homo sapien yang bijaksana. ***

Pdt. Domidoyo Ratupenu,
Ketua Majelis Jemaat Pniel di Surabaya, pernah menjadi Ketua Umum PGIW Aceh, 2013-2018; Anggota Germasa Majelis Sinode GPIB, 2010-2015, serta sebagai Wakil Ketua Departemen Germasa  2015-2020; beberapa kali sebagai BP Mupel di beberapa Mupel GPIB.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *