CURHAT ANAK PAPUA: Stop, Menulis Tentang Kami Anak-anak Papua
Banyak orang yang SOMAD (Sok Tau Amad) tentang Papua, nulis begana begini begono tentang Papua. Eeeh saya hidup di Papua sejak Tahun ’95 tidak mau belagu nulis tentang Papua, apalagi sok tauu !!!.
Saya hidup di daratan Serui.., tau Serui tidak ???. Daerah ujung tipis yang masyarakatnya hidup di garis bawah, sejak bumi ini ada. Miskin???, sudah pasti. Tapi kami tau cara bersyukur kepada Tuhan.
Stop !!!, menulis tentang kami anak-anak Papua. Jangan lagi kalian mencari nama dengan seolah-olah berempati pada kami, tapi tidak melakukan apa-apa. Kalian mungkin beruntung hidup di Barat Indonesia. Senangnya bukan main, serba ada dan murah.
Kalian lahir pakai dokter, kami tidak !!!. Kalian bisa nonton TV sejak lahir, bahkan sebelum lahir.., kami baru beberapa tahun ini. Kalian bisa berjalan di aspal yang gagah. Kami ???, syukur-syukur bukan kubangan babi.
Tau tidak kalian, berapa harga sekarung beras 50 kg ???, 1 juta cuk..1 juta !!!. Puji Tuhan kami tidak terlalu biasa makan nasi yang mewah sejak kecil. Beras itu makanan mewah bagi kami, makanan orang-orang kaya.
Kami cukup hidup dengan talas atau enau. Syukur.., kalau jagung lagi murah, sedikit mewahlah kami makan sekeluarga. Tau nggak ???, kenapa rumah kami cuma bak kandang sapi kalian ???, siapa yang mampu beli semen satu sak 2,5 juta.
Lihat uang segitu besar nggak pernah broo… Cuma tau baca kami disini. Tidak terpikir mau beli semen buat rumah, bawa semen satu sak 20 km, sudah mati duluan kami disini.
Terus apa kami marah dengan kondisi dan ketimpangan itu ???. Tidak!!!. Kami so biasa jadi anak tiri bahkan dianggap anak boleh pungut. Kami biasa dilupakan meski kekayaan alam kami dikeruk sampai ke akar bumi.Lalu uangnya diberi untuk kalian di Barat sana. Aspal kalian licin, rumah kalian terang, sekolah kalian bagus, rumah sakit kalian mewah. Kami dapat apa ???. Dapat ampas dan kerusakan dari itu semua. Kami tidak marah !!!, kami ikhlas berbagi sama kalian, kekayaan alam kami untuk mempercantik daerah kalian.
Kemudian hari ini daerah kami mulai dibangun rumah sakit so ada dokter, sekolah so pakai sepatu. Harga beras murah, beli semen so tak semahal berlian lagi. Jalan kami mulai lebar, tapi kalian ribut !!!.
Apa cuma kalian yang ingin rumah sakit lengkap ???
Apa hanya kalian yang ingin jalan beraspal ???
Apa hanya kalian yang ingin makan nasi ???
Apa hanya kalian yang ingin pasang listrik ???
Heeiiiii… Kami Jugaaa !!!
Kami juga manusia, manusia Indonesia. Cukuplah kulit kami saja yang gelap, tapi daerah kami jangan ikut gelap !!!. Cukup rambut kami saja yang bergelombang, jalanan kami jangan ikut bergelombang !!!. Cukuplah kekayaan alam kami saja yang kalian KERUK, sifat kalian juga jangan macam BERUK.
Ikhlaslah sedikit berbagi dengan kami anak-anak Papua, anak- anak Pelosok Rimba, yang juga ingin merasakan bagaimana dianggap layaknya seperti manusia !!!. Di tangan tukang kayu itu, yang rupanya tidaklah gagah, badannya tidak tegap, tapi hatinya sangat mulia. Tapi kami dianggap dan dihargai. Kami disetarakan.., kami dihargai selayak manusia Indonesia.
Kami tidak kenal rupa tukang kayu itu, tapi hasil kerjanya, membuat kami kenal bagaimana Kearifan, Kebijaksanaan, Keadilan, Kesejahteraan yang merata ada dalam benak kepemimpinannya dan dia mencoba untuk berbuat yang terbaik untuk kami.
Membangun tidaklah mudah, apalagi membangun Papua. Daerah dengan struktur alam perbukitan, meliuk-liuk dan daerah yang masih beralam brutal !!!, karena tidak terjamah pembangunan selama ini. Semua butuh waktu… Semua butuh proses… Tapi.., seorang anak desa pinggiran sungai Bengawan Solo, telah berupaya dan terus berjuang untuk kemajuan kami anak- anak Papua. Terima Kasih Presiden Ku.
Terima Kasih Bapak Presiden Joko Widodo .Tuhan Yang Akan Membalas Semuanya. Di tangan Anda, Kami merasakan layaknya dianggap Manusia Indonesia. Salam Dari Serui… Dari Anak Bangsa yang pernah terpinggirkan !!!.
Cristian Pundulay, Asli Anak PAPUA.
/fsp