GKS Dulu: Pernah ke Rentenir, Kini: “Alhamdulilah Sejahtera”

Administratur Griya Krida Sekesalaem (GKS) Imas Nurhayati, kanan, dan rekan sejawat Lina Budiarti: GKS terus membaik...
Manajemen baru saat ini, alhamdulilah sekarang kesejahteraan karyawan terjamin. Luar biasa dengan kepengurusan sekarang ini dibanding dengan kepengurusan sebelumnya, terpuruk.
BANDUNG, Update – Suasana di Griya Krida Sekesalam (GKS) Bandung siang itu meriah. Meriah dengan keaktifan kegiatan yang terus bergulir dari hari ke hari. GKS kini bukan GKS dahulu yang kumuh bahkan terlihat seram tak terurus.


Ritme aktivitas di GKS menyeruakkan sebuah kehidupan nyata, menyeruakkan masa depan bagi anak-anak bangsa yang mengikuti kegiatan pelatihan sumber daya insani (SDI) untuk pengiriman tenaga kerja ke Jepang yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak setiap tahunnya.
Pesona GKS dengan segala aktivitasnya tidak terjadi begitu saja. Ada orang-orang hebat yang mengiringi perjalanan GKS hingga saat ini bisa terlihat kinclong. Ada orang-orang yang sudah 30 tahun bergelut di sana sejak tahun 1995 sampai sekarang.


Sebut saja namanya, Imas Nurhayati bersama rekannya, Lina Budiarti tuntas menjelaskan bagaimana perjalanan GKS selama ini yang kurang mendapat perhatian dari pemilik dalam hal ini Majelis Sinode yang membuat gedung GKS kumuh perlu perbaikan.
“Saya masuk di GKS ini tahun 1995, sudah 30 tahun. Perjuangan saya kerja disini luar biasa. Pernah gaji terlambat, listrik diputus dan saya pernah pinjam uang ke rentenir untuk menutupi bayar listrik,” kata Imas Nurhayati dalam wawancaranya dengan Frans S. Pong dari GPIBwatch.id, Senin (06/10/2025).
Bahkan, kata Imas, pernah ia tidak menerima gaji dan sempat diberhentikan sementara. “Kita itu berjuangnya luar biasa, cari tamu kemana-mana,” tutur Imas seraya mengakui bahwa semua itu adalah masa kelam dialaminya di GKS.
Manajemen baru saat ini, kata Imas, sangat memberi harapan. Pasalnya, beberapa kali gaji telah dinaikkan dan itu memberi semangat Imas dan karyawan lainnya menekuni pekerjaan sebagai administrasi di GKS yang terkadang harus bolak-balik ke kantor Majelis Sinode di Jakarta.
“Dengan manajemen baru saat ini, alhamdulilah sekarang kesejahteraan karyawan mulai terjamin. Luar biasa dengan kepengurusan yang sekarang ini dibanding dengan kepengurusan sebelumnya, terpuruk,” kata Imas tersenyum banggga.
Soal gaji, Imas pun menyatakan kekagumannya dengan masuknya investor di GKS yang memberikan harapan bagi karyawan di GKS yang telah beberapa kali menaikkan gaji karyawan.
“Alhamdulilah, sudah tiga kali naik gaji. Untuk kedepannya mudah-mudahan lebih bagus lagi, lebih semangat. Alhamdulilah sekarang lumayanlah, ada perubahan yang signifikan untuk kami karayawan,” tandas Imas.
Diakuinya, dengan kepengurusan yang sekarang prospek GKS akan semakin bagus. Banyak perubahan yang dilakukan kepengurusan sekarang termasuk melakukan renovasi, ada penamahan kelas-kelas baru.
“Kedepannya GKS dipastikan akan lebih baik dari yang sekarang ini. Saya yakin,” ujar Imas menunjuk bahwa penyewa gedung GKS saat ini dari LPK Coop Indonesia, perusahaan pengerah tenaga kerja ke Jepang.
Berdasarkan data, setiap tahunnya Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja Indonesia. Pada tahun 2024, Jepang membutuhkan sekitar 40.000 tenaga kerja Indonesia untuk mengisi kekosongan di berbagai sektor, termasuk manufaktur dan perawatan.
Adapun kisaran gaji yang diberikan berkisar antara Rp25-55 juta per bulan. Secara keseluruhan, total pekerja asing di Jepang pada Oktober 2024 mencapai 2,3 juta orang, meningkat pesat karena populasi Jepang yang menua dan angka kelahiran rendah. /fsp
