“Pencobaan Tidak Akan Membuat Kita Terpuruk, Melainkan….”

Kemurnian iman menjadi tujuan menghadapi pencobaan secara bijaksana. Ini bukan berarti umat diajak untuk menghadapi tindak kekerasan secara pasif.

SURABAYA, Update – Manusia pada umumnya akan melakukan perlawanan ketika mereka ditindas, dianiaya, dan disiksa. Selagi masih punya kekuatan untuk melawan, maka melawan, menyerang, menjadi cara yang sah untuk mempertahankan hidupnya.

Tidak ada orang yang berdiam diri saja ketika masih punya kekuatan untuk melawan. Kekerasan dibalas kekerasan  akan menghasilkan kekerasan baru, dan menghasilkan efek bola salju.

”Jika kita melihat pada kitab 1 Petrus 1:6-7, maka kita akan melihat sesuatu yang berbeda, dan cukup menarik. Umat Tuhan ketika itu sedang mengalami penindasan dan menganiayaan,” ungkap Pendeta Domidoyo Ratupenu kepada EmitenUpdate.com.

Menurutnya, alih-alih menyarankan untuk melakukan perlawanan, umat Tuhan malah diajak untuk melihat dengan cara yang berbeda.

Penganiayaan yang dialami tidak sekedar dilihat sebagai tindak kekerasan belaka, melainkan sebagai pencobaan untuk pengujian iman, yang akan memurnikan iman percaya umat pada Sang Kristus.

Kemurnian iman menjadi tujuan menghadapi pencobaan secara bijaksana. Ini bukan berarti umat diajak untuk menghadapi tindak kekerasan secara pasif, fatalistik. Melainkan, bertindak aktif, dengan cara menyikapi pencobaan dengan semangat kasih. Bukan semangat membalas dendam.

Hal ini harus dilakukan umat Tuhan sebagai orang yang telah memperoleh keselamatan (ayat 9), serta meneladani Kristus yang rela menderita, yang lewat penderitaan itu memperoleh kemuliaan-Nya (ayat 11).

Jadi karena telah selamatlah, maka umat Tuhan diajak dan dikuatkan untuk menyikapi penganiayaan yang sedang dialami sebagai cobaan yang dapat membentuk dan memurnikan iman mereka.

”Hadapilah pencobaan dengan bersikap sebagai orang-orang yang telah selamat, karena pencobaan tidak akan membuat kita terpuruk, melainkan akan semakin memurnikan iman kita,” Pendeta Domidoya. /dr