Penyebutan “Wanita” atau “Perempuan”, yang Mana yang Ok

Foto: instagram.com/p/DEyXLsyz7Sv
JAKARTA, Update – Sejumlah warganet ramai membahas perbedaan, asal, serta arti dari kata “perempuan” dan “wanita”. Pengguna akun media sosial X atau Twitter, @ca****ism.
Ada yang menyebutkan bahwa kata “wanita” berasal dari bahasa Jawa “wani ditata” berarti “mudah ditata”. Makna tersebut dinilai mendiskreditkan, sehingga dia menganjurkan lebih baik memakai kata “perempuan” daripada “wanita”.
Dilansir KOMPAS.COM akun lain @genane mengklaim, kata “perempuan” menuruntya lebih baik dipakai karena menurutnya berarti “mulia” atau “mahir”. Sementara akun @chbogor membantah kata “wanita” disebut berarti buruk.
Menurutnya, kata “wanita” berarti “yang diinginkan” berasal dari bahasa Sanskrit “vanita”. Lalu, apa perbedaan “wanita” dan “perempuan” serta mana kata yang lebih baik untuk digunakan?
Guru Besar Etnolinguistik Bidang Onomastik Universitas Sebelas Maret (UNS), Sahid Teguh Widodo mengungkapkan, asal kata “perempuan” dan “wanita”. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat, kata “wanita” berasal dari vanita dalam bahasa Sansekerta.
Vanita merupakan gabungan kata van yang berarti “ingin” dan ita berarti “yang di”. Karena itu, vanita memiliki arti “yang diinginkan”. Kata vanita lalu diserap bahasa Jawa kuno dan digunakan dalam bahasa Jawa modern. Kemudian, vanita diserap menjadi “wanita” dalam bahasa Indonesia.
Namun, kata “wanita” memiliki perubahan makna karena dianggap sebagai perpaduan kata wani ditata yang berarti “berani diatur” dalam bahasa Jawa. Sementara itu, kata “perempuan” berasal dari bahasa Sansekerta per + empu + an. Per berarti “makhluk”. Empu artinya “mulia” atau “mahir”.
Hal tersebut membuat “perempuan” dapat diartikan sebagai “makhluk yang mulia dan memiliki kemahiran”. “Ya untuk ‘wanita’ itu dari perspektif akronim Jawa. Gothak-gathuk mathuk ala Jawa,” ujar Sahid saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/11/2024) malam.
Sahid mencontohkan, penutur bahasa Jawa memang kerap menggabungkan beberapa kata menjadi sebuah kata baru. Misalnya, kata garwa artinya “istri” berasal dari sigaraning nyawa atau berarti “belahan jiwa dari suaminya”. Ada pula istilah cengkir dari kencengir pikir yang artinya memperkuat pikiran.
Sahid mengungkapkan, kata wanita tidak selalu merujuk kepada sosok perempuan yang “diatur” laki-laki. Perempuan dapat menata diri sendiri sebagai panutan anak-anak. Karena itu, perspektif arti “wanita” sebagai wani ditata perlu diperhatikan.
Menurutnya, laki-laki dan perempuan tidak perlu dipertentangkan dengan arti tersebut. “Saya kira keduanya sae (baik) kok. ‘Wanita’ ada dalam bahasa Jawa. ‘Perempuan’ dalam bahasa Indonesia. Secara substansial, kedua merujuk femininum,” imbuh Sahid. ***