Ayo, Jalin Kemitraan Dengan Pemerintah, Pdt. Marianus Tupessy: Berdayakan Pendeta di Pos Pelkes

KMJ GPIB Surya Kasih Jakarta Pdt. Marianus Tupessy bersama Redaktur EmitenUpdate.com Frans S. Pong usai wawancara.
JAKARTA, Update – Pendeta Marianus Tupessy berharap, gereja-gereja, khususnya GPIB semakin intens untuk berkiprah di pemerintahan terutama gereja-gereja di daerah terpencil, seperti Pos-pos Pelkes.
Ia pun meminta Majelis Sinode bekerja keras memikirkan itu, melakukan kerja sama-kerja sama (MoU) dengan Pemerintah Pusat untuk kelancaran berbagai hal di daerah-daerah terpencil di mana GPIB hadir.
”Itu tugas GPIB, dalam hal ini Majelis Sinode sebagai pemikir, sebagai konseptor untuk membangun kemitraan membangun bangsa dan negara ini,” kata Pendeta Marianus Tupessy, Katua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Surya Kasih Jakarta Timur.
Menurutnya, Pos-pos Pelkes GPIB di daerah harus menggandeng pemerintah terutama dalam hal pengawasan dana-dana yang diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur di desa-desa yang jauh dari infrastruktur yang memadai yang dananya ada di Kementerian Desa (Kemendes).
Karenanya, perlunya memberdayakan pendeta-pendeta di Pospelkes untuk bisa bermitra dengan pemerintah dalam hal pengawasan. Dari sini, kata Tupessy, pemerintah desa bisa bermitra dengan gereja untuk mencerdaskan masyarakat antara lain memberikan bantuan pendidikan, sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tidak hanya kepada pendeta tetapi jemaatnya.
”Jadi mereka tidak tersingkir dengan pembangunan yang marak disekitar mereka, termasuk dengan luasan perkebunan yang ada disekitar mereka, saudara kita tidak hanya jadi penonton,” ujar Tupessy.
Dikatakan, di Kemendes ada bantuan-bantuan desa, karenanya gereja harus berperan menjadi mitra untuk menjaga dana. Jadi, harus ada kerja sama pemeritah dan gereja.
Gereja bisa berperan serta didalamnya, menggandeng pemerintah, termasuk peruntukan dana untuk masyarakat. Jadi gereja selain bermitra dalam hal pengawasan dana desa juga bisa menjadi pendamping untuk memberdayakan dana desa.
Sama dengan Unit Misioner PMKI (Pemberdayaan Masyarakat Kota dan Industri) juga harus menggandeng pemerintah. Dipastikan, kalau sudah bisa bermitra dengan pemeritah dalam hal pengawasan dana, gereja akan dilirik oleh pemeritah, karena gereja turut serta membangun bangsa ini.
”Kita adalah satu-satunya gereja yang berani menerobos daerah-daerah terpencil yang tidak bisa dijangkau. Jadi kenapa tidak?” tandas Tupessy. Satu sisi bukan hanya perluasan pelayanan saja dengan membuka pos-pos pelkes baru, pos-pos pelkes yang ada sekarang diberdayakan, baik itu jemaat maupun masyarakat di sekitar gereja. Jadi, harus mau menggandeng pemerintah.
”Sekarang ada Menteri Desa tertinggal, kita bisa bermitra. Sekarang Pos-pos Pelkes kita ada di desa-desa tertinggal, jadi harus bermitra. Jadi kita harus jemput bola, bangun kerja sama,” kata Tupessy.
GPIB dikenal sebagai gereja yang membangun bangsa. Dampaknya ditatanan masyararakat dan bangsa Indonesia adalah GPIB bukan sebagai gereja musuh bangsa dan bukan kristenisasi tapi membangun masyarakat dan bangsa itu sendiri.
Menjawab pertanyaan di Kemendes ada yang disebut Badan Usaha Milik Desa (BUMD), apakah gereja bisa bermain disitu? Menurut Tupessy: ”Itu kan mentoringnya. Pendeta-pendeta kita rata-rata Sarjana, punya wawasan, kenapa tidak diberdayakan. Kita memberikan sarana kepada mereka untuk mereka berkiprah dan punya pengalaman banyak dibidang yang lain”
Yang pasti, kata Tupessy, semua itu menambah bekal pendeta-pendeta sebagai pendeta GPIB dimasa depan dalam membangun bangsa dan negara dan jemaat itu sendiri.
Mungkin tahap awal tidak banyak pos pelkes, tapi kalau tahun kedua akan berjalan bagus. Dampaknya, pemerintah akan semakin melirik GPIB yang pada akhirnya uang negara diselamatkan dengan melalui pengawasan dan adaanya pembangunan-pembangunan.
Jadi, kata Tupessy, pendeta di Pos-pos Pelkes harus terjun di Kemendes di desa-desa dan di Kementerian Desa Tertinggal. Ini peluang untuk Pendeta-pendeta di Pos-pos Pelkes, itu tantangan untuk berkiprah dan berpikir kreatif.
”Kalau semua itu bisa dilakukan dengan baik bisa dipastikan mereka tidak akan berpikir kapan saya pindah atau mutasi,” tandas Tupessy seraya mengurai begaimana gereja membawa damai sejahtera. Gereja yang membawa damai sejahtera itu adalah bagaimana orang itu nyaman di GPIB.
Nah, pendeta-pendeta di Pos-Pos Pelkes banyak anak muda? Menurut Tupessy, anak-anak muda ini, gen Z kalau dia sudah tidak suka dia pergi, bukannya menghadapi tantangan, itu karena sudah dibentuk dengan gaya hidup masa kini. Beda dengan pemuda dulu. /fsp