Dari Leiden Gelora Semangat Kebangsaan Dikumandangkan
Para mahasiswa disana tidak hanya sekedar studi saja, namun juga aktif sebagai aktifis yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI).
SIAPA yang tak kenal dengan Universitas Leiden? Mereka yang sering mengikuti dunia pergerakan kebangsaan di era dua puluhan sampai tiga puluhan, pasti mengenal nama Leiden. Sebab, hampir sebagian besar tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan menimba ilmu disini.
Negeri Belanda dimasa itu menjadi tempat untuk melanjutkan studi, baik bagi mereka yang baru tamat AMS, HBS atau sarjana muda. Mereka yang pernah mengikuti Recht School (Sekolah Menengah Hukum) di Batavia seperti Soepomo, Soenaryo, Iwa Kusumasumantri, Ali Sastroamijoyo rata2 melanjutkan studi hukumnya ke Leiden.
Para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di Negeri Belanda lebih banyak memilih Leiden dibandingkan universitas lain selain karena usianya yang lebih tua, juga banyak melahirkan guru-guru besar.
Didirikan tahun 1575 dan telah melahirkan sejumlah Guru Besar dari berbagai disiplin ilmu terutama ilmu hukum, salah satunya yang terkenal Prof. Dr. Conrad Vanvollen Hoppel pakar hukum adat.
Sebelum terjadi pemberontakan PKI tahun 1926-1927 jumlah mahasiswa yang menempuh studi di negeri Belanda mencapai 100 orang dan sebagian besar kuliah di Leiden. Memang masih ada lagi tiga kampus tempat mahasiswa Indonesia menimba ilmu: Universitas Erasmus Rotterdam Delft, dan Utrecht, tapi jumlah mahasiswa yang kuliah ditiga kampus tsb relatif sedikit.
Para mahasiswa disana tidak hanya sekedar studi saja, namun juga aktif sebagai aktifis yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI).
Setiap tahun PI menggelar pemilihan ketua berikut sekretaris, dan bendahara. Ketiganya lalu memilih pengurus berdasarkan kesepakatan bersama.
PI sangat aktif mengikuti perkembangan politik kaum pergerakan tanah air. Mereka menulis kondisi Hindia Belanda lewat majalah Indonesia Merdeka.
Majalah itu diam-diam diselundupkan ke tanah air dan dibaca oleh para tokoh pergerakan nasional dan kaum muda yang sadar akan nasib bangsanya. Tulisan-tulisan mereka sangat pedas, mengeritik habis praktek imprealisme kolonial Belanda yang telah menyengsarakan bangsa Indonesia.
Para mahasiswa tersebut dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok beraliran Marxs dan kelompok sosial demokrat. Kelompok pertama dimotori oleh Darsono, semaun, Alimin, Tan malaka. Kelompok kedua ini dimotori oleh Moh Hatta, Ahmad Subarjo, Soenaryo, Iwa kusumasumantri.
Kedua kelompok ini kerap berdiskusi membahas persoalan kondisi pergerakan kebangsaan di Hindia Belanda. Kadang sering terjadi perbedaan pandangan mengenai strategi perjuangan. Namun tujuan tetap sama yakni Indonesia merdeka.
Kelompok Semaun ingin perjuangan hrs melibatkan kaum buruh dan tani dlm mengorganisir kekuatan dalam massa aksi. Sementara kelompok Hatta ingin terjadinya kesadaran lebih dulu pada masyarakat terutama kaum terpelajar, barulah kemudian dibentuk sebuah partai yang dapat merealisasikan cita-cita politik mereka.
Dalam sebuah perjuangan ada tahapan-tahapan. Begitulah pemikiran kelompok Hatta. Pada saat libur kuliah, Hatta mengirim pengurus PI keberbagai negara, ada yang ke negara-negara Eropa Timur (blok sosialis) seperti Iwa Kusumasumantri cs.
Ada juga yang ke Eropa Barat seperti Ahmad Subarjo cs. Tujuan Hatta mengirim mereka utk mengikuti kursus2 politik yang diadakan oleh partai politik setempat, berkunjung ke anggota parlemen, organisasi buruh, para mahasiswa Asia yang juga sama2 sdg menuntut ilmu. Kala itu nama PI dikenal luas di daratan Eropa.
Hasil kunjungan mereka itu lalu didiskusikan bersama sama. Lalu mereka tulis di majalah Indonesia merdeka dan disebarkan sampai tanah Hindia Belanda sehingga para aktifis pergerakan di tanah air bisa mengetahui perkembangan yang terjadi di eropa.
Boleh dibilang merekalah yang membuka mata para aktifis pergerakan ditanah air untuk menggelorakan semangat perjuangan melawan penindasan kolonial Belanda.
Di Kampus Leiden itulah dimana para mahasiswa Indonesia kuliah tempat menimba ilmu sekaligus tempat mengobarkan semangat anti penjajahan yang kelak menginspirasi tokoh-tokoh pergerakan tanah air berani melawan kolonial Belanda.
Feris Yuarsa, EmitenUpdate.com
Dari berbagai sumber.